Pencarian

Rabu, 04 Juli 2012

PARADOKS KEIMANAN



Di dalam pribadi mahasiswa muslim, religiusitas bisa sangat paradoks.

Para pemeran hiburan bisa mendramakan syiar keagamaan dengan tampak sempurna. Seperti orang-orang yang beriman dengan lisannya tapi belum masuk iman dalam hatinya, Kepada dosa, kita anggap biasa-biasa saja. kepada kebenaran, kita semakin menjauh padahal Kita Pasti akan mati. Seperti makhluk dungu yang tidak mengerti aturan. Hidayah memang pemberian, tapi jalan kesana harus diusahakan.

Tetapi tidak semua kita memahami.

Bagi seorang mahasiwa muslim, Untung dan rugi bisa jadi paradoks.

Yang rugi bisa tampak untung, yang untung bisa kelihatan rugi. Sebab tidak semua mengisi studinya untuk kepentingan spiritual, berjihad, dan pengharapan akan ridho-Nya. ada orang-orang yang murni menjadikan kuliah murni sebagai ajang aktualisasi diri. Mencontek atau dicontek dalam studi tak jadi soal. Orang-orang yang seperti ini mungkin untung secara nilai, tetapi pada dasarnya rugi besar karena tidak mereguk hakekat manisnya ilmu yang sebenarnya.

Tetapi tidak semua kita menyadari.

Di dalam sebuah Kampus Islam sekalipun, Seremoni untuk meninggalkan gelap bisa jadi sangat paradoks.

Dalam situasi dimana kita telah terjerat oleh rutinitas, atau bahkan prestasi, sukses, jabatan, bisnis, dan ilmu, kadang membuat kita tak punya kesempatan untuk melembutkan hati.

Di belantara perilaku menyimpang, banyak orang yang berhenti dari profesi dosa. Tapi dengan setengah hati dan sementara saja. Sekadar sepotong waktu dan jadwal untuk berhenti menikmati gelap, meski mereka tetap di tempat gelap itu dan tidak kemana-mana.

Apakah untuk berubah selalu perlu momentum?

Padahal sejatinya perubahan tak memerlukan momentum. Atau bisa dikatakan setiap hari adalah “momentum” untuk berubah. Meski telah membuat setumpuk janji pada diri sendiri dengan target-target prestasi yang menjulang, toh ritme hidup yang kita jalani tak mengalami perubahan yang terjadi.

Peristiwa-peristiwa yang mengguncang kesadaran sekalipun , tak juga mampu memperbaiki aqidah dan keyakinan kita yang salah dan ibadah kita yang tak benar. Perhatikanlah, seharusnya kita bertaubat kepada-NYA, tapi justru kesyirikan massal yang kita pertontonkan.Alangkah menyedihkan, tetapi tidak semua kita mengerti.

Dalam setiap aktifitas seorang muslim, Gagal dan sukses bisa paradoks.

Sebab agama ini punya rumus pelipatganaan. Maka sukses tidak sekadar berhasil. Bagi kita sebagai seorang muslim, sukses bisa berarti gagal bila kita tidak memasuki ranah pelipatgandaan. Setiap amalan kita diakumulasi dan Ia janjikan penjumlahan balasan yang tidak ada batas digitnya. Karena itu, mendaftarkan sedikit amal kepada Allah adalah kerugian. Menjalani amal yang standar, mungkin menggugurkan kewajiban secara sukses, tapi bisa saja itu kerugian.

Kita tampak sukses padahal merugi, tetapi kebanyakan kita mungkin tidak merasa.

Dalam keimanan kita, Banyak hal yang paradoks.

Saudaraku,..
Mari perbanyak istighfar sambil kita kenang pengkhianatan yang telah kita lakukan pada Allah dengan mata titipannya ini

Allah tahu setiap lirikan mata kita dan Allah tahu setiap niat yang terkandung dari lirikan mata titipannya ini

Istighfar…sambil kita kenang pengkhianatan yang telah kita lakukan pada Allah dengan telinga titipannya ini, adakah kita nikmat mendengar aib orang lain..

Juga pada pengkhianatan dengan lisan,,tangan,kaki,akal, dan hati ini.

Ingatlah satu desah nafas adalah satu langkah menuju kubur kita, semakin hari hidup kita semakin dekat dengan kematian

Sebenarnya sholat kita akan membela tapi sholat kita terlalu lemah karena tidak pernah khusu'

Sebenarnya sedekah kita akan membela tapi sholat kita terlalu lemah karena kita terlampau kikir

Sebenarnya shoum kita akan membela tapi shoum kita terlalu lemah karena hanya perut saja yang puasa

Sepertinya Ilmu kita akan membela tapi ilmu kita adalah pencariian nilai semata

Sepertinya haji kita akan membela tapi haji kita adalah haji mardud (tertolak) karena niat yang tidak benar

Ya Allah..

Kau curahkan ilmu kepada kami, tetapi ilmu itu belum banyak kami amalkan dan kami gunakan untuk membawa manusia agar selalu ingat kepada-Mu

Kau mudahkan kami sholat, tetapi sholat itu belum membuat kami mampu mencegah perbuatan yang keji dan mungkar; pula sholat kami jauh dari khusyu’

Kau mudahkan kami puasa, tetapi puasa kami belum membuat kami mencintai orang-orang yang lapar dan dahaga bertahun-tahun lamanya

Kau mudahkan kami shodaqoh, tetapi masih terselip perasaan riya’ di dada

Kau mudahkan kami berzikir, tetapi zikir kami sebatas di masjid dan rumah-rumah saja
Sungguh malu kami menghadapMu ya Allah, apalagi memohon sesuatu kepadaMu

Tapi bila tidak kepadaMu, kepada siapa lagi kami harus memohon?


Tidakkah kita sadar sekarang ternyata kita sering melakukan usaha bunuh diri secara tidak sadar terhadap hati kita sendiri.

Tidakkah kita sadar Bahwa shalat lima waktu, meskipun terasa menyita sebagian waktu istirahat kita, dia harus dicintai dan dijalani setulus hati. Bahwa mencari ilmu, meskipun terasa sangat melelahkan, dia harus dihadapi dengan penuh keikhlasan. bahwa semua aturan yang ada dalam syariat, meskipun secara lahiriyah ada yang terasa mengekang, dia harus ditaati karena Allah Maha Tahu segala yang kita lakukan. Semoga dengan kesadaran kita memahami itu, berbuah kebahagiaan.

Wallahu a’lamu bi Showab…

[BPH KomDa FaST]

Tidak ada komentar: