- Menyampaikan dan menjelaskan (lihat QS Fushilat:24, Yusuf : 108 dll)
- Berdo’a dan berharap (lihat QS Al-A’raf : 55)
- Mengajak dan mengundang (lihat QS Yusuf : 33)
yang variatif seperti :
- Ibnu Taimiyah : "Dakwah ke jalan Allah adalah dakwah untuk beriman kepada Allah dan kepada apa yang dibawa nabi Muhammad SAW, yang mencakup keyakinan kepada rukun iman dan rukun Islam (Lihat Al Fatawa al-Kubro 15/158, cet 1, Mathobi’al-Riyadh)
- Al-Ustadz Al bahi-al-Khuli : "Dakwah Islam yaitu menghantarkan umat dari satu tempat/ kondisi ke tempat/ kondisi yang lain (Tadzkiroh ad-Du’at hal:35,th.1379H, Daarul Qalam).
- Rauf Syalabi : "Dakwah Islam adalah gerakan revitalisasi sistem Illahi yang diturunkan Allah kepada Nabi terakhir" (Ad-Dakwah al Islamiyah Fi 'Ahdiha al-Makky, Manahijuha wa Ghoyatuha, hal : 32)
- Abu Bakar Dzikri : "Dakwah ialah bangkitnya para ulama Islam
untuk mengajarkan Islam kepada umat Islam, agar mereka faham tentang
agamanya dan tentang kehidupan, sesuai kemampuan setiap ulama (ad-Dakwah
ila al-Islam, hal:8 Maktabah Darul Arubah Mesir).
Penulis memahami definisi-definisi tersebut diatas secara utuh dan lengkap dengan menyimpulkan, bahwa "Dakwah Islam ialah menyampaikan Islam kepada umat manusia seluruhnya dan mengajak mereka untuk komitmen dengan Islam pada setiap kondisi dan dimana serta kapan saja, dengan metodologi dan sarana tertentu, untuk tujuan tertentu".
Banyak
ayat Al-Quran dan hadits Rasulullah saw yang mengemukakan fadhail
(keutamaan) dakwah yang sangat mulia. Dengan mengetahui, memahami, dan
menghayati keutamaan dakwah ini seorang muslim akan termotivasi secara
kuat untuk melakukan dakwah.
Mengetahui keutamaan dakwah termasuk faktor terpenting yang mempengaruhi konsistensi seorang muslim dalam berdakwah dan menjaga semangat dakwah, karena keyakinan terhadap keutamaan dakwah dapat menjadikannya merasa ringan menghadapi beban dan rintangan dakwah. Beberapa keutamaan dakwah adalah:
Mengetahui keutamaan dakwah termasuk faktor terpenting yang mempengaruhi konsistensi seorang muslim dalam berdakwah dan menjaga semangat dakwah, karena keyakinan terhadap keutamaan dakwah dapat menjadikannya merasa ringan menghadapi beban dan rintangan dakwah. Beberapa keutamaan dakwah adalah:
1. Dakwah adalah Muhimmatur Rusul (Tugas Utama Para Rasul alaihimussalam)
Para rasul
alaihimussalam adalah orang yang diutus oleh Allah swt untuk melakukan
tugas utama mereka, yakni berdakwah kepada Allah. Keutamaan dakwah
terletak pada disandarkannya
kerja dakwah ini kepada manusia yang paling utama dan mulia yakni
Rasulullah saw dan saudara-saudara beliau para nabi & rasul
alaihimussalam.
قُلْ
هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ
اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Katakanlah (Hai Muhammad): "Inilah jalanku: aku dan orang-orang yang mengikutiku berdakwah (mengajak kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik". (QS. Yusuf: 108).
Ayat di atas
menjelaskan jalan Rasulullah saw dan para pengikut beliau yakni jalan
dakwah. Maka barangsiapa mengaku menjadi pengikut beliau saw, ia harus
terlibat dalam dakwah sesuai kemampuannya.
Tentang Nabi Nuh as, Allah mengisahkan kesibukan beliau yang tak kenal henti dalam menjalankan tugas berdakwah siang dan malam:
قَالَ رَبِّ إِنِّي دَعَوْتُ قَوْمِي لَيْلا وَنَهَارًا
Nuh berkata: "Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah mendakwahi (menyeru) kaumku malam dan siang. (QS. Nuh: 5).
Tentang Nabi Ibrahim as, Allah mengisahkan dakwah yang beliau lakukan kepada ayah dan ummatnya:
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ إِبْرَاهِيمَ . إِذْ قَالَ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِ مَا تَعْبُدُونَ. قَالُوا نَعْبُدُ أَصْنَامًا فَنَظَلُّ لَهَا عَاكِفِينَ. قَالَ هَلْ يَسْمَعُونَكُمْ إِذْ تَدْعُونَ. أَوْ يَنفَعُونَكُمْ أَوْ يَضُرُّون. قَالُوا بَلْ وَجَدْنَا آبَاءَنَا كَذَلِكَ يَفْعَلُونَ. قَالَ أَفَرَأَيْتُم مَّا كُنتُمْ تَعْبُدُونَ. أَنتُمْ وَآبَاؤُكُمُ الأَقْدَمُونَ. فَإِنَّهُمْ عَدُوٌّ لِّي إِلاَّ رَبَّ الْعَالَمِينَ. الَّذِي خَلَقَنِي فَهُوَ يَهْدِينِ. وَالَّذِي هُوَ يُطْعِمُنِي وَيَسْقِينِ. وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِين. وَالَّذِي يُمِيتُنِي ثُمَّ يُحْيِينِ. وَالَّذِي أَطْمَعُ أَن يَغْفِرَ لِي خَطِيئَتِي يَوْمَ الدِّينِ.
"Dan bacakanlah kepada mereka kisah Ibrahim. Ketika ia berkata kepada bapaknya dan kaumnya: "Apakah yang kamu sembah?". Mereka
menjawab: "Kami menyembah berhala-berhala dan kami senantiasa tekun
menyembahnya". Berkata Ibrahim: "Apakah berhala-berhala itu mendengar
(doa)mu sewaktu kamu berdoa (kepadanya)? Atau (dapatkah) mereka memberi
manfaat kepadamu atau memberi mudharat?" Mereka menjawab: "(Bukan karena
itu) sebenarnya kami mendapati nenek moyang kami berbuat demikian".
Ibrahim berkata: "Maka apakah kamu telah memperhatikan apa yang selalu kamu sembah. Kamu dan nenek moyang kamu yang dahulu? Karena sesungguhnya apa yang kamu sembah itu adalah musuhku, kecuali Tuhan semesta alam. (Yaitu Tuhan) yang telah menciptakan aku, maka Dialah yang menunjuki aku. Dan Tuhanku, yang Dia memberi makan dan minum kepadaku. Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku. Dan yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali). Dan yang amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat". (QS. Asy-Syuara: 69-82).
Ibrahim berkata: "Maka apakah kamu telah memperhatikan apa yang selalu kamu sembah. Kamu dan nenek moyang kamu yang dahulu? Karena sesungguhnya apa yang kamu sembah itu adalah musuhku, kecuali Tuhan semesta alam. (Yaitu Tuhan) yang telah menciptakan aku, maka Dialah yang menunjuki aku. Dan Tuhanku, yang Dia memberi makan dan minum kepadaku. Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku. Dan yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali). Dan yang amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat". (QS. Asy-Syuara: 69-82).
Tentang Nabi Musa as, Allah swt mengisahkan dakwah beliau dalam banyak ayat-ayat Al-Quran, diantaranya:
وَلَقَدْ
أَرْسَلْنَا مُوسَى بِآيَاتِنَا إِلَى فِرْعَوْنَ وَمَلَئِهِ فَقَالَ
إِنِّي رَسُولُ رَبِّ الْعَالَمِينَ. فَلَمَّا جَاءَهُم بِآيَاتِنَا إِذَا
هُم مِّنْهَا يَضْحَكُونَ
Dan sesunguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa mukjizat- mukjizat Kami kepada Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya. Maka Musa berkata: "Sesungguhnya aku adalah utusan dari Tuhan seru sekalian alam". Maka tatkala dia datang kepada mereka dengan membawa mukjizat- mukjizat Kami dengan serta merta mereka mentertawakannya. (QS. Az-Zukhruf: 46-47).
Tentang Nabi Isa as, Allah swt mengisahkan dakwah beliau dalam firman-Nya:
وَلَمَّا
جَاءَ عِيسَى بِالْبَيِّنَاتِ قَالَ قَدْ جِئْتُكُم بِالْحِكْمَةِ
وَلِأُبَيِّنَ لَكُم بَعْضَ الَّذِي تَخْتَلِفُونَ فِيهِ فَاتَّقُوا
اللَّهَ وَأَطِيعُونِ. إِنَّ اللَّهَ هُوَ رَبِّي وَرَبُّكُمْ فَاعْبُدُوهُ
هَذَا صِرَاطٌ مُّسْتَقِيمٌ.
Dan tatkala Isa datang membawa keterangan dia berkata: "Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa hikmah[1] dan untuk menjelaskan kepadamu sebagian
dari apa yang kamu berselisih tentangnya, maka bertakwalah kepada Allah
dan taatlah (kepada) ku". Sesungguhnya Allah Dialah Tuhanku dan Tuhan
kamu maka sembahlah Dia, ini adalah jalan yang lurus. (QS. Az-Zukhruf:
63-64).
Pintu kenabian dan kerasulan memang
sudah tertutup selama-lamanya, namun pekerjaan dan tugas mulia mereka
masih bisa diwariskan, sehingga terbuka peluang bahwa Allah SWT
memuliakan para da’i yang mewariskan tugas tersebut.
2. Dakwah adalah Ahsanul A’mal (Amal yang Terbaik)
Dakwah adalah amal yang terbaik, karena
da’wah memelihara amal Islami di dalam pribadi dan masyarakat. Membangun
potensi dan memelihara amal sholeh adalah amal da’wah, sehingga da’wah
merupakan aktivitas dan amal yang mempunyai peranan penting di dalam
menegakkan Islam. Tanpa da’wah ini maka amal sholeh tidak akan
berlangsung.
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلاً مِّمَّن دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang berdakwah (menyeru) kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?" (QS. Fushilat : 33).
Ibnu Jarir Ath-Thabari rahimahullah
mengatakan dalam tafsirnya: Allah swt menyeru manusia: "Wahai manusia,
siapakah yang lebih baik perkataannya selain orang yang mengatakan Rabb
kami adalah Allah, kemudian istiqamah dengan keimanan itu, berhenti pada
perintah dan larangan-Nya, dan berdakwah (mengajak) hamba-hamba Allah
untuk mengatakan apa yang ia katakan dan mengerjakan apa yang ia
lakukan." (Tafsir Ath-Thabari, Jami’ul Bayan Fi Ta’wil Al-Quran,
21/468).
Bagaimana tidak akan menjadi ucapan dan
pekerjaan yang terbaik? Sementara dakwah adalah pekerjaan makhluk
terbaik yakni para nabi dan rasul alaihimussalam.
Sayyid Quthb rahimahullah berkata dalam
Fi Zhilal Al-Quran: "Sesungguhnya kalimat dakwah adalah kalimat terbaik
yang diucapkan di bumi ini, ia naik ke langit di depan kalimat-kalimat
baik lainnya. Akan tetapi ia harus disertai dengan amal shalih yang
membenarkannya, dan disertai penyerahan diri kepada Allah sehingga tidak
ada penonjolan diri di dalamnya.
Dengan demikian jadilah dakwah ini murni untuk Allah, tidak ada kepentingan bagi seorang da’i kecuali menyampaikan. Setelah itu tidak pantas kalimat seorang da’i disikapi dengan berpaling, adab yang buruk, atau pengingkaran. Karena seorang da’i datang dan maju membawa kebaikan, sehingga ia berada dalam kedudukan yang amat tinggi…" (Fi Zhilal Al-Quran 6/295).
Dengan demikian jadilah dakwah ini murni untuk Allah, tidak ada kepentingan bagi seorang da’i kecuali menyampaikan. Setelah itu tidak pantas kalimat seorang da’i disikapi dengan berpaling, adab yang buruk, atau pengingkaran. Karena seorang da’i datang dan maju membawa kebaikan, sehingga ia berada dalam kedudukan yang amat tinggi…" (Fi Zhilal Al-Quran 6/295).
3. Para da’i akan memperoleh balasan yang besar dan berlipat ganda (al-hushulu ‘ala al-ajri al-‘azhim).
قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم لِعَلِيٍ: فَوَاللَّهِ لَأَنْ يَهْدِيَ اللَّهُ بِكَ رَجُلاً خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ يَكُونَ لَكَ حُمْرُ النَّعَمِ. رواه البخاري ومسلم وأحمد
Sabda
Rasulullah saw kepada Ali bin Abi Thalib: "Demi Allah, sesungguhnya
Allah swt memberikan hidayah kepada seseorang dengan (da’wah)mu, maka
itu lebih baik bagimu dari unta merah.” (HR. Bukhari, Muslim &
Ahmad).
Ibnu
Hajar Al-‘Asqalani ketika menjelaskan hadits ini mengatakan bahwa:
“Unta merah adalah kendaraan yang sangat dibanggakan oleh orang Arab
saat itu."
Hadits
ini menunjukkan bahwa usaha seorang da’i menyampaikan hidayah kepada
seseorang adalah sesuatu yang amat besar nilainya di sisi Allah swt,
lebih besar dan lebih baik dari kebanggaan seseorang terhadap kendaraan
mewah miliknya.
Dalam riwayat Al-Hakim disebutkan:
يَا عَلِيُّ، لَأَنْ يَهْدِيَ اللهُ عَلَى يَدَيْكَ رَجُلاً خَيْرٌ لَكَ مِمَّا طَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ . (رواه الحاكم في المستدرك)
"Wahai Ali, sesungguhnya Allah swt memberikan hidayah seseorang dengan
usaha kedua tanganmu, maka itu lebih bagimu dari tempat manapun yang
matahari terbit di atasnya (lebih baik dari dunia dan isinya)." (HR.
Al-Hakim dalam Al-Mustadrak).
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ وَأَهْلَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرَضِينَ حَتَّى النَّمْلَةَ فِي جُحْرِهَا وَحَتَّى الْحُوتَ لَيُصَلُّونَ عَلَى مُعَلِّمِ النَّاسِ الْخَيْرَ رواه الترمذي عن أبي أمامة الباهلي
Rasulullah
saw bersabda: "Sesungguhnya Allah swt memberi banyak kebaikan, para
malaikat-Nya, penghuni langit dan bumi, sampai semut-semut di lubangnya
dan ikan-ikan selalu mendoakan orang-orang yang mengajarkan kebaikan
kepada orang lain." (HR. Tirmidzi dari Abu Umamah Al-Bahili).
Berapakah
jumlah malaikat, semut dan ikan yang ada di dunia ini? Bayangkan betapa
besar kebaikan yang diperoleh oleh seorang da’i dengan doa mereka
semua!
Imam Tirmidzi setelah menyebutkan hadits tersebut juga mengutip ucapan Fudhail bin ‘Iyadh yang mengatakan:
عَالِمٌ عَامِلٌ مُعَلِّمٌ يُدْعَى كَبِيرًا فِي مَلَكُوتِ السَّمَوَاتِ
"Seorang yang berilmu, beramal dan mengajarkan (ilmunya) akan dipanggil sebagai orang besar (mulia) di kerajaan langit."
Keagungan balasan bagi orang yang
berdakwah tidak hanya pada besarnya balasan untuknya tetapi juga karena
terus menerusnya ganjaran itu mengalir kepadanya meskipun ia telah
wafat. Rasulullah saw bersabda:
مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً حَسَنَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كُتِبَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا وَلَا يَنْقُصُ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْءٌ وَمَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِّـئَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كُتِبَ عَلَيْهِ مِثْلُ وِزْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا وَلَا يَنْقُصُ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ (رواه مسلم عَنْ جَرِيرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رضي الله عنه)
"Siapa
yang mencontohkan perbuatan baik dalam Islam, lalu perbuatan itu
setelahnya dicontoh (orang lain), maka akan dicatat untuknya pahala
seperti pahala orang yang mencontohnya tanpa dikurangi sedikitpun pahala
mereka yang mencontohnya. Dan barangsiapa mencontohkan perbuatan buruk,
lalu perbuatan itu dilakukan oleh orang lain, maka akan ditulis baginya
dosa seperti dosa orang yang menirunya tanpa mengurangi mereka yang
menirunya." (HR. Muslim dari Jarir bin Abdillah ra).
4. Da’wah dapat menjadi penyelamat dari azab Allah swt (An-Najatu minal ‘Azab)
Da’wah
yang dilakukan oleh seorang da’i akan membawa manfaat bagi dirinya
sebelum manfaat itu dirasakan oleh orang lain yang menjadi objek
dawahnya (mad’u). Manfaat itu antara lain adalah terlepasnya tanggung
jawabnya di hadapan Allah swt sehingga ia terhindar dari adzab Allah.
Tersebutlah
sebuah daerah yang bernama "Aylah" atau "Eliah" sebuah perkampungan
Bani Israil. Penduduknya diperintahkan Allah untuk menghormati hari
Jumat dan menjadikannya hari besar, namun mereka tidak bersedia dan
lebih menyukai hari Sabtu. Sebagai hukumannya Allah swt melarang mereka
untuk mencari dan memakan ikan di hari Sabtu, dan Allah membuat
ikan-ikan tidak muncul kecuali di hari Sabtu. Sekelompok orang kemudian
melanggar larangan ini dan membuat perangkap ikan sehingga ikan-ikan di
hari Sabtu masuk ke dalam perangkap lalu mereka mengambilnya di hari
ahad dan memakannya. Sementara orang-orang yang tidak melanggar larangan
Allah terbagi menjadi dua kelompok yaitu mereka yang mencegah
kemunkaran dan mereka yang diam saja.[2]
Terjadilah dialog antara orang-orang yang diam saja dengan mereka yang berdakwah mengingatkan saudara-saudaranya yang melanggar larangan Allah. Dialog ini disebutkan dalam Al-Quran:
وَاسْأَلْهُمْ
عَنِ الْقَرْيَةِ الَّتِي كَانَتْ حَاضِرَةَ الْبَحْرِ إِذْ يَعْدُونَ فِي
السَّبْتِ إِذْ تَأْتِيهِمْ حِيتَانُهُمْ يَوْمَ سَبْتِهِمْ شُرَّعاً
وَيَوْمَ لاَ يَسْبِتُونَ لاَ تَأْتِيهِمْ كَذَلِكَ نَبْلُوهُم بِمَا
كَانُوا يَفْسُقُونَ. وَإِذْ
قَالَتْ أُمَّةٌ مِّنْهُمْ لِمَ تَعِظُونَ قَوْمًا اللَّهُ مُهْلِكُهُمْ
أَوْ مُعَذِّبُهُمْ عَذَابًا شَدِيدًا قَالُواْ مَعْذِرَةً إِلَى رَبِّكُمْ
وَلَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ. فَلَمَّا
نَسُواْ مَا ذُكِّرُواْ بِهِ أَنجَيْنَا الَّذِينَ يَنْهَوْنَ عَنِ
السُّوءِ وَأَخَذْنَا الَّذِينَ ظَلَمُواْ بِعَذَابٍ بَئِيسٍ بِمَا
كَانُواْ يَفْسُقُونَ
Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri[3] yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu[4], di waktu datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada di sekitar) mereka terapung-apung di permukaan air, dan di hari-hari yang bukan Sabtu, ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka. Demikianlah Kami mencoba mereka disebabkan mereka berlaku fasik. Dan (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata: "Mengapa kamu menasehati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengazab mereka dengan azab yang amat keras?" Mereka menjawab: "Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada Tuhanmu[5], dan supaya mereka bertakwa. Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim dengan siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik. (Al-A’raf (7): 163-165).
Dalam
ayat diatas disebutkan jawaban orang-orang yang berdakwah ketika
ditanya mengapa mereka menasehati orang-orang yang melanggar perintah
Allah:
1. مَعْذِرَةً إِلَى رَبِّكُمْ
2. وَلَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ
Yaitu: pertama, agar menjadi argumentasi & penyelamat kami dihadapan Allah swt.
Kedua, agar mereka bertaqwa.
Dan secara tegas Allah menyelamatkan orang-orang yang melarang perbuatan maksiat dari adzab-Nya.
Da’wah
dan amar ma’ruf nahi munkar adalah kontrol sosial yang harus dilakukan
oleh kaum muslimin agar kehidupan ini selalu didominasi oleh kebaikan.
Kebatilan yang mendominasi kehidupan akan menyebabkan turunnya teguran
atau adzab dari Allah swt. Rasulullah saw bersabda:
مَثَلُ الْقَائِمِ عَلَى حُدُودِ اللَّهِ وَالْوَاقِعِ فِيهَا كَمَثَلِ قَوْمٍ اسْتَهَمُوا عَلَى سَفِينَةٍ فَأَصَابَ بَعْضُهُمْ أَعْلَاهَا وَبَعْضُهُمْ أَسْفَلَهَا فَكَانَ الَّذِينَ فِي أَسْفَلِهَا إِذَا اسْتَقَوْا مِنْ الْمَاءِ مَرُّوا عَلَى مَنْ فَوْقَهُمْ فَقَالُوا لَوْ أَنَّا خَرَقْنَا فِي نَصِيبِنَا خَرْقًا وَلَمْ نُؤْذِ مَنْ فَوْقَنَا فَإِنْ يَتْرُكُوهُمْ وَمَا أَرَادُوا هَلَكُوا جَمِيعًا وَإِنْ أَخَذُوا عَلَى أَيْدِيهِمْ نَجَوْا وَنَجَوْا جَمِيعًا )رواه البخاري)
Perumpamaan
orang yang tegak di atas hukum-hukum Allah dengan orang yang
melanggarnya seperti kaum yang menempati posisinya di atas bahtera, ada
sebagian yang mendapatkan tempat di atas, dan ada sebagian yang mendapat
tempat di bawah. Mereka yang berada di bawah jika akan mengambil air
harus melewati orang yang berada di atas, lalu mereka berkata: "Jika
kita membolongi bagian bawah milik kita dan tidak mengganggu mereka.."
Kalau mereka membiarkan keinginan orang yang akan membolongi, mereka
semua celaka, dan jika mereka menahan tangan mereka maka selamatlah
semuanya. (HR. Bukhari).
عَنْ حُذَيْفَةَ بْنِ الْيَمَانِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَتَأْمُرُنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَلَتَنْهَوُنَّ عَنْ الْمُنْكَرِ أَوْ لَيُوشِكَنَّ اللَّهُ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَابًا مِنْهُ ثُمَّ تَدْعُونَهُ فَلَا يُسْتَجَابُ لَكُمْ. رواه الترمذي وقَالَ: هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ.
Dari
Hudzaifah bin Yaman ra dari Nabi Muhammad Saw beliau bersabda: "Demi
Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, kalian harus melakukan amar
ma'ruf dan nahi munkar, atau Allah akan menurunkan hukuman dari-Nya
kemudian kalian berdoa kepada-Nya dan Dia tidak mengabulkan doa kalian."
(HR Tirmidzi, beliau berkata: hadits ini hasan).
5. Da’wah adalah Jalan Menuju Khairu Ummah
Rasulullah
saw berhasil mengubah masyarakat jahiliyah menjadi umat terbaik
sepanjang zaman dengan dakwah beliau. Dakwah secara umum dan pembinaan
Da’i sebagai asset SDM dalam dakwah secara khusus adalah jalan
satu-satunya menuju terbentuknya khairu ummah yang kita idam-idamkan.
Rasulullah saw melakukan tarbiyah mencetak kader-kader dakwah di
kalangan para sahabat beliau di rumah Arqam bin Abil Arqam ra, beliau
juga mengutus Mush’ab bin Umair ra ke Madinah untuk membentuk basis dan
cikal bakal masyarakat terbaik di Madinah (Anshar).
Jalan
yang ditempuh oleh Rasulullah saw ini adalah juga jalan yang sepatutnya
ditempuh untuk mengembalikan kembali kejayaan umat Islam. Imam Malik
bin Anas ra berkata:
لاَ يَصْلُحُ آخِرُ هَذِهِ الأُمَّةِ إِلاَّ بِمَا صَلُحَ بِهِ أَوَّلُهَا
Akhir umat ini tidak menjadi baik kecuali menggunakan cara yang digunakan untuk memperbaiki generasi awalnya. (Nashiruddin Al-AlBani, Fiqhul Waqi’ hlm 22).
Umat
Islam harus memainkan peran dakwah & amar ma’ruf nahi munkar dalam
semua kondisi dan era, baik ketika memperjuangkan terbentuknya khairu
ummah maupun ketika cita-cita khairu ummah itu telah terwujud. Allah swt
berfirman:
كُنتُمْ
خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ
وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ
الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُم مِّنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ
وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ
Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. (Ali Imran (3): 110).
[1] Yang dimaksud dengan hikmah di sini ialah kenabian, Injil dan hukum.
[2] Lihat Tafsir Ibnu Katsir ketika menafsirkan surat Al-Baqarah ayat 65 dan 66 dan surat Al-A’raf ayat 163-166.
[3] Yaitu kota Eliah yang terletak di pantai Laut Merah antara kota Madyan dan bukit Thur.
[4] Menurut aturan itu mereka tidak boleh bekerja pada hari Sabtu, karena hari Sabtu itu dikhususkan hanya untuk beribadat.
[5] Alasan mereka itu ialah bahwa mereka telah melaksanakan perintah Allah untuk memberi peringatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar